ANGIN
Kantukku seketika hilang
ketika terang menyilaukan
di jalan panjang
menguncup mengerut kening
aku pening
aku duduk di bawah pohon
yang ketika itu masih rimbun
nikmati belai sejuk angin
menyelinap ke sela jiwa
: kuharap peningku ia bawa
GETIR
pada getir silam
aku mengaca
masih terasa
bau amis darah di kelopak melati
aku kira telah sirna
seperti air tanah terkena surya
menguap ke udara
KASIH
kau selalu dalam torehan hati
saat angin, hujan badai pun
tak pecah seperti daun kering
yang kena pijak jejak
aku hidup seperti ilalang padang
mandi hujan mandi matahari
tak perduli lara tak perduli nyeri
perisaiku adalah hati
tempat-Nya bersemayam hari-hari
LENGKING
seperti lengking tangis
yang tak pernah kau dengar
aku bekap bungkam mulutku
seberapapun tajam sembilu
aku tak pernah sebatang kara
adalah Dia yang selalu setia
dari sejak aku tercipta
hingga kelak aku dipanggil-Nya
lalu aku harus takut apa?
BNA Wanadadi 19/10/2012
Kantukku seketika hilang
ketika terang menyilaukan
di jalan panjang
menguncup mengerut kening
aku pening
aku duduk di bawah pohon
yang ketika itu masih rimbun
nikmati belai sejuk angin
menyelinap ke sela jiwa
: kuharap peningku ia bawa
GETIR
pada getir silam
aku mengaca
masih terasa
bau amis darah di kelopak melati
aku kira telah sirna
seperti air tanah terkena surya
menguap ke udara
KASIH
kau selalu dalam torehan hati
saat angin, hujan badai pun
tak pecah seperti daun kering
yang kena pijak jejak
aku hidup seperti ilalang padang
mandi hujan mandi matahari
tak perduli lara tak perduli nyeri
perisaiku adalah hati
tempat-Nya bersemayam hari-hari
LENGKING
seperti lengking tangis
yang tak pernah kau dengar
aku bekap bungkam mulutku
seberapapun tajam sembilu
aku tak pernah sebatang kara
adalah Dia yang selalu setia
dari sejak aku tercipta
hingga kelak aku dipanggil-Nya
lalu aku harus takut apa?
BNA Wanadadi 19/10/2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar