Minggu, 01 Februari 2015

BIARKAN AKU, MENGINGATNYA

BIARKAN AKU, MENGINGATNYA
oleh Erlin Erlina Soraya

Aku hanya senang mengenang masa kecilku, meski tak semua bergelimang keindahan. Kesedihan, sebab luka yang mendalam juga kualami. Namun tetap saja ada kerinduan untuk kembali kemasa itu.
Akan nampak olehku, begitu kupejam mata, sawah, sungai, bukit kecil, dan bibir jurang di belakang rumahku. Terngiang kembali, nyanyian-nyaian kecilku. Sejuknya angin yang selalu kurasakan setiap aku berada di ketinggiannya. Tersimpan berjuta kenangan kisah, tak terlupakan, bahkan setelah kutinggalkan bertahun-tahu lalu.

Masih seagar diingatan. Juga ketika Ibu memanggilku, dengan panggilan sayang. Tidak sekali pun ibu lupa untuk mendaratkan ciumannya di keningku begitu aku mendekat menyambut panggilannya. Senyum ibu yang selalu pesona... Ah, tidak mungkin aku melupakannya.

Ayah, selalu dengan rela menyerahkan punggungnya untuk kunaiki, aku melonjak-lonjak gembira ketika ayah meloncat-loncat seperti kuda. Ayah bilang, aku adalah setangkai bunga yang indah, yang selalu mengundang sayang bagi siapapun yang memandangnya. Indah sekali ayah melukiskannya. Hatiku berbunga setiap kali mendengar tuturnya.

Lima sekawanku, duh, ingat mereka... Perang pasir, lomba renang di sungai, mandi lumpur, berlari berkejaran di pematang sawah. Gelak tawa yang tak ada habisnya setiap hari, meski begitu pulang disambut cubitan ibu, tak berkurang bahagiaku.

Kubuka kembali mataku, setelah terpejam beberapa saat, malam sudah menjelang, merayap perlahan membawa kelam. Aku hanya berharap pada sinar bulan ketika cakrawala kian melegam. Biar kuteruskan mimpi hingga pagi datang. Dan esok mentari masih selalu setia biaskan sinar. Kembali pada kenyataan sekarang.

BNA Wanadadi 16062013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar