Selasa, 27 Januari 2015

SEJAK MERAH (EDISI REVISI)

SEJAK MERAH

Kau pegang bahuku, melihat begitu iba. Iya, sebab mimpi ini malampaui apapun, hanya kau yang paham, kalau dia datang begitu mendera, hampir tak bisa dikendalikan, medesak seperti dorongan air bah ke lembah, mengalir deras tak tertahankan. Namun kau, hanya memeluk, menyeka air mata yang berderai, bahkan tak sepatahpun keluar dari mulutmu. Kesedihanmu melebihi sedihku, mendengar setiap cerita yang kuuraikan, membuat napasmu tersengal.

Seperti bermimpi, pernah berada di tempat asing, ketika pandangan kupejam, terbayang, kota terhampar di hadapanku hanya luka-luka berlapis yang kulihat, jalan-jalan mengerikan. Semakin lama kupejam semakin menakutkan. Berbeda, jika dibandingkan sebelum aku terdampar di kota itu. Sebelum keinginan-keinginan meracuni....

Aku mulai mengingat setiap kejadian yang menimpa, dari simpuh sujud demi sebuah keinginan, memaksa-Nya mengabulkan setiap pinta yang kulepas. Aku tidak menyangka, Dia sungguh membuatku seketika gambira, merasa menang. Tapi itu tak berlangsung lama.. Aku jatuh, masa depan yang aku impikan seketika sirna.

Percik merah itu, membuatku merasa segalanya telah berakhir. Setiap hari pertanyaan berkelebat-kelebat seperti cahaya pedang yang hendak ditebaskan. "Apakah Tuhan akan memberiku umur panjang?" Setelah yang berjubah putih-putih itu seolah memberiku isarat, "Jangan jatuh cinta lagi, kelak ia akan membuatmu mati."

Hari-hari, bulan-bulan, bahkan tahun demi tahun yang aku lalui sejak saat itu tidaklah mudah... Sekuat bisa aku berdiri, tentu saja membuat yang tak biasa menjadi biasa dan sama. Setiap saat kulepas pinta, dicintai-Nya dengan melimpah.

Anehnya, aku seperti membuat kesepakatan dengan diriku sendiri, terus menunggu giliran, tetap melanjutkan kehidupan. Sepakat, terus membayangkan kenyamanan, kedamaian, ketenangan. Menutup setiap celah agar tak menyusup luka-luka. Merelakan setiap keinginan satu demi satu pergi, menggantinya dengan harapan terbaik pada Dia, Yang tak pernah ingkar janji.

Sesungguhnya hidup telah mengajariku.

BNA, 09122014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar